Sabar dan Ridha Terhadap Takdir Allah



Sepatutnya seorang muslim senantiasa mentaati perintah Tuhannya, ridha terhadap apa yang telah menjdi ketetapan dan takdir-Nya. Karena ridha terhadap takdir, merupakan tanda keimanan, ketakwaan dan kesalehan seseorang yang paling sempurna.
            Berpijak dari hal ini, maka seorang muslim yang sadar terhadap petunjuk agamanya, senantiasa ridha dengan segala apa yang ia alami dalam kehidupan, yang baik maupun yang buruk. Karena ridha terhadap ketentuan-Nya akan menetaskan kebaikan dalam setiap keadaan,  sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW  dalam sebuah sabdanya:
[[Sesungguhnya menakjubkan urusan seorang muslim. Sesungguhnya semua urusan itu adalh baik. Dan hal itu tidak terdapat pada siapa pun melainkan seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kelapangan, ia bersyukur, maka ia menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia disapa dengan kesempitan, maka ia bersabar, dan itu mendatangkan kebaikan baginya.]] (HR. Muslim)
            Seorang muslim yang mempunyai keterangan hati, menyakini bahwa kebaikan yang menjadi jatahnya dalam kehidupan, tidak akan luput dari darinya. Dan mushibah yang menjadi ketentuan-Nya, tak akan lari darinya. Segala sesuatu telah ditetapkan berdasarkan takdir-Nya. Dengan demikian, maka semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kelapangan, maka lisannya melantunkan kata syukur kepada Tuhan Pemberi nikmat dan Karunia, maka ia termasuk kelompok hamba-hamba-Nya yang bersyukur dan taat. Dan jika ia didera dengan kesempitan dan kesusahan, maka ia bersabar, maka ia termasuk golongan orang yang sabar, selamat dan beruntung.
            Dengan iman yang memenuhi renung hati, seorang muslim menjadi orang yang tabah dalam menghadapi berbagai benturan hidup, kesulitan yang mendera dan rintangan yang menyapa. Ia hadapi dengan hati tenang. Ridha dengan ketentuan-Nya. Ia menjadikan sabar, karena sabar dan da’wah sebagai penolongnya.
            Bibirnya selalu terbasahi dengan kalimat syukur akan ketentuan-Nya. Seperti yang pernah dilakukan Khansa’, ketika ia mendengar ketika mendengar ke-4 putranya Gugur dalam pertempuran Al-Qadisiyah, ia berkata “Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakan aku dengan kesyahidan mereka. Aku mohon kepada Allah agar menyatukan aku dengan mereka ditempat yang dirahmati(surga).”
            Ada pula seorang muslim yang menjadikan sabar dan shalat sebagai penguat hatinya. Sebagai mana yang dicontohkan oleh Asma’ binti Umais, ketika ia menghadapi cobaan dan musibah yang bertubi-tubi. Setelah ia kehilangan orang-orang yang dicintainya: Ja’far bin Abi Thalib RA suami pertamanya, Abu Bakar AS Shiddiq RA suami keduanya, kemudian disusul putranya, Muhammad bin Abu Bakar RA.
            Keteladanan seperti Khansa’ dan Asma’ telah banyak ditulis oleh tinta sejarah. Yang beriman dan mengharapkan pahala dan kesabarannya, karena Allah Azza Wa Jalla memberi balasan bagi mereka tanpa hisab. Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam Surat Az Zumat Ayat: 10
{{Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.}}